Kamis, 16 Desember 2010

Akidah Tauhid

KEUTAMAAN AKIDAH TAUHID

عن عبادة بن الصامت – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله r :

« من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمداً عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه، والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل ».
Dari Ubadah bin Ash-Shomit semoga Allah meridhoinya ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak diibadati dengan hak melainkan Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan bahwasanya Muhamad itu adalah hamba dan Rasul-Nya, bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya dan kalimat-Nya yang ditiupkannya kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga serta neraka adalah hak, Allah akan memasukkan dia ke surga sesuai dengan amalannya”. (diriwayatkan oleh Al-Bukhari kitabul anbiya’ no. 3435, dan Muslim kitabul iman no. 46, 47, dan Ahmad 5/314).

MAKNA HADITS

Hadits ini mencakup lima perkara barangsiapa yang beriman dengan semuanya dan mengamalkan kandungannya zhohir dan batin masuk surga.

Pertama : sabda beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak diibadati dengan hak melainkan Allah Ta’ala semata tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Maksudnya, ia beriman kepada Allah dengan benar dan meyakini. Mengakui ke esaan Allah Ta’ala dan berlepas diri dari mengibadati selain-Nya dan mengamalkan kandungan-kandungan kesaksiannya tersebut dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya perkataan maupun perbuatan.

Kedua : syahadat bahwasanya Muhamad itu rasul (utusan) Allah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Maksudnya barangsiapa yang meyakini dengan keyakinan yang pasti tidak ada keraguan padanya bahwasanya Muhamad itu Rasulullah yang diutus kepada jin dan manusia dengan risalah yang sempurna. Bahwasanya dia adalah penutup para nabi, dan risalahnya adalah penutup seluruh risalah. Mengimani bahwasanya ia adalah salah seorang hamba-hamba Allah yang dimuliakan Allah dengan mengembang risalah-Nya kepada seluruh alam, membenarkan apa yang yang diberitakannya dan menaati perintah-perintahnya serta menjauihi apa yang dilarangnya.

Ketiga : meyakini bahwasanya Isa ‘alaihi wa sallama salah satu hamba dan rasul Allah. Bahwasanya dia bukan anak zina sebagaimana tuduhan yahudi. Dan ia bukan Allah bukan pula anak Allah bukan pula satu dari yang tiga sebagaimana anggapan nasrani. Akan tetapi dia adalah salah satu hamba Allah yang Allah utus kepada Bani Israil yang mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah semata.

Allah telah menciptakan Isa dengan kalimat (Kun) yang menunjukkan atas takwin, bahwasanya dia adalah salah satu dari ruh yang diciptakan Allah,

خلقها الله ] إن مثل عيسى عند الله كمثل آدم خلقه من تراب ثم قال له كن فيكون [.

“Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah seperti Adam, Ia menciptakannya dari tanah kemudian ia berkata kepada-Nya, “Jadilah” maka ia pun jadi”.

Keempat : bahwasanya surga itu adalah hak. Maksudnya meyakini bahwasanya surga yang telah disiapkan Allah untuk orang-orang yang ta’at dari hamba-hamba-Nya telah ada dan benar wujudnya tidak ada keraguan padanya. Dan bahwasanya ia adalah tempat terakhir yang kekal bagi orang-orang beriman dan mengikuti rasul-rasul-Nya.

Kelima : bahwasanya neraka adala hak. Maksudnya meyakini bahwasanya neraka yang dijanjikan Allah sebagai tempar orang-orang kafir dan munafik benar-benar ada tidak ada keraguan darinya telah disiapkan oleh Allah untuk orang yang kafir kepada-Nya, mengingkari dan menentang-Nya.

Lima perkara ini barangsiapa yang membenarkannya, beriman kepadanya dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya, Allah masukkan dia ke surga sekalipun ia lalai dan memiliki dosa. Hal itu disebabkan tauhid dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah semata.

KESIMPULAN HADITS :

1. Keutamaan mentauhidkan Allah, dan bahwasanya Allah mengampuni dosa-dosa dengannya.

2. Luasnya anugerah Allah dan Rahmah-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

3. Kebenaran para Nabi dan apa yang dibawanya, khususnya para Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama tanpa mengurangi hak-hak mereka dan tidak pula me lampui batas.

4. Bahwasanya pelaku-pelaku maksiat dari orang-orang yang bertauhid tidak kekal di dalam neraka.

5. Ke wajiban beriman kepada surga dan neraka.

(Mudzakkirotul Hadits An-Nabawy fil Akidah wal It-Tiba’ (hal. 10-13 dengan diringkas) Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar